WeLcOmE To My bLOgEr

AnnYong haSeO......T`rima KaC1h Ya sDh MengUnjunGi BloG sAyA





Rabu, 26 Januari 2011

Very Angry Cat - FUNNY

K!saH pErJaLaNaN KuPu_KuPu



Malam mulai membayang, senja seolah menghilang, keindahan yang penuh keceriaan memudar. Kegelapan seolah menyelimuti sosok tubuh seorang lelaki. Setengah baya, sendiri, berdiri di atas bukit memandang lembah di bawahnya yang mulai memburam, diam termenung, menatap langit, jauh ke ujung sana, dimana batas yang tak berbatas. Kegelapan yang perlahan-lahan membungkus bayang-bayangnya, bahkan semakin membungkus tubuhnya. Perlahan sekali, sedikit demi sedikit tubuhnyapun seolah menyatu dengan kegelapan. Adakah dia tetap berdiri disana?. Ataukah sudah beranjak pergi mencari sudut terang di seberang sana.
Kediaman, kesendirian, kesunyian hadir disana bersama keberadaan lelaki itu. Seolah dia memang sudah berada disana sejak dahulu kala, dan mungkin akan tetap berada disana entah sampai kapan nanti. Tetap diam, dalam kesendirian, tegak terpekur menatap langit nun jauh disana. Meskipun kegelapan itu menyelimutinya, namun kesadaran seseorang yang mengamati lelaki itu, akan tetap yakin kalau dia tetap ada meskipun tidak terlihat, hilang tertutup kegelapan malam.
Kabut seolah menggantung menutupi lembah yang mulai diterangi kelap-kelip lampu rumah, semakin menebal, menutupi permukaan bumi, sementara sinar lampu yang melintas sekilas, membuktikan lelaki itu masih tetap diam terpaku disana. Malam yang semakin beranjak. Waktu yang berputar. Menyatu dalam diamnya.

Apa yang dicari lelaki itu dalam kegelapan, kesunyian yang tak henti, kebisuan tak berujung. Seolah tali tak berujung pangkal, yang menghubungkan jiwa. Ketika seluruh batas kesadaran terbuka, seolah seberkas sinar memercik bagai api yang membakar rumput kering. Aku adalah lelaki itu, dan lelaki itu adalah aku. Aku yang tengah mengembara menjelajah seluruh persada, menembus bumi, menyelusuri setiap jejak yang ada disana, menuju lereng-lereng bukit, menjelajah gunung, merengkuh puncaknya. Bermain di hijau dedauan, mencium harumnya bunga, berkejaran dengan burung, bersendau gurau dengan satwa liar. Melintas samudra, menuju dasarnya, merengkuh seluruh keindahan, memeluk ketentraman, dari setiap bagian yang ada, menjelajah alam, aku ada dimana-mana, meluas, melebar tak bertepi, menjangkau langit, menyentuh bulan, menjamah matahari, memetik bintang, mencumbu galaksi, mencapai batas yang ada, batas yang mampu terpikirkan. Duh, siapa aku?.

Aku seolah seperti laba-laba dengan jaring-jaring laba-laba yang membentang luas, atau seperti pusat gelombang ketika batu dilempar di danau yang tenang, riaknya mampu menjangkau batas terujung danau itu. Aku adalah pusat getaran yang memancarkan getaran ke seluruh semesta, aku adalah sumber suara yang menyebarkan suara ke seluruh semesta. Aku ada dimana-mana, dan sumbernya adalah lelaki yang tengah mematung di kegelapan malam itu. Satu titik pusat yang menyebarkan gelombang, menggetarkan dalam vibrasi tanpa henti, bagai gelombang demi gelombang tak terputus.

Setiap pusat getaran seolah dipancarkan oleh lelaki itu, bergetar maka aku menyebar, meluas, menjauh, menyempit, mefokus, lalu mengendap di dasarnya, dalam bagian terdalam di hatinya, di sanubarinya, di otaknya, di sel-sel tubuhnya, di seluruh bagian tubuhnya, dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Aku mengenal setiap bagian tubuhnya. aku mengetahui setiap inchi dirinya, hafal dengan kelemahan dan kekuatannya, nafsu dan emosinya. Sorot matanya, tarikan nafasnya, detak jantungnya, genggangan tangannya, keinginannya, harapannya, kekecewaannya.Seluruh bagian tubuhnya, inchi demi inchi, bahkan bagian yang tak diketahuinya sekalipun.Semua kukenal.

Seolah aku bergerak dalam diamnya, atau sebaliknya aku yang diam saat dia bergerak. Dia yang bergerak dari bayi, lalu balita, berubah menjadi kanak-kanak, bocah, lalu menjadi remaja, dan dewasa, sampai saat ini menjelang paruh baya. Aku diam mengamati perkembangannya, mengamati pertumbuhannya, mengamati seluruh perubahan yang ada di dirinya. Aku diam dalam pengamatan terhadap dirinya. Selama ini aku hanya diam mengamati, melihat, mencatat, detik demi detik perubahan itu terjadi, perubahan demi perubahan itu terjadi, aku diam dalam geraknya, aku diam dalam pengamatan.Aku yang diam diatas geraknya, diatas perubahan yang terjadi pada dirinya. Aku yang mengamati.Semua kuamati.

Aku hanya diam?, ternyata tidak, aku justru bergerak, bergerak secepat kilat, bahkan lebih cepat dari kecepatan cahaya sekalipun, aku diam tapi juga bergerak.Sebagaimana kita mengamati bumi yang seolah diam namun bergerak memutar, sebagaimana kita melihat matahari seolah berputar namun ternyata diam pada tempatnya.
Aku diam, namun ketika detik ini aku bergerak, maka kulihat dia terpaku dalam diam, dia hanyalah sosok, hanya suatu bentuk yang diam, akulah yang bergerak, meluas, melebar, aku mampu mencapai negeri manapun sebelum matamu berkedip, bahkan mencapai ujung galaksi sebelum matamu berkedip pula. Kecepatan gerakku tak terukur, mampu bergerak cepat dari satu tempat ke tempat lain, dari satu waktu ke waktu lain, dari satu abad ke abad lain, dari satu dimensi ke dimensi lain, bahkan dari dunia ke akhirat sekalipun. Aku bebas, menjangkau apapun, memiliki apapun, mendapatkan apapun, melakukan apapun, apapun yang ku mau kudapatkan saat itu juga, apapun yang ingin kulakukan mampu kulakukan saat itu juga, segala cita-cita dan harapan atau segala yang kuinginkan akan kudapatkan sebelum kau kedipkan matamu. namun aku tak tahu arah, kemana akn kutuju? untuk apa lagi?. Itulah aku.

Maka apakah aku diam ataukah aku yang bergerak?.

Lelaki di kegelapan malam itu bergerak, aku seolah tersedot masuk ke dalam dirinya, dan aku menjadi dirinya, terikat, terpenjara dalam tubuhnya. tanganku terikat, kakiku terantai, tubuhku dibebani baju yang memberatkan. Aku terpasung di tubuh ini. aku berontak..., berteriak..., protes..., aku tak mau..., aku tak suka..., bukan tubuh seperti ini yang aku suka. Aku ingin bebas ... aku ingin merdeka.... Aku ingin tak terikat. Dua ternyata itu juga aku, seolah mata uang yang mempunyai dua sisi. Ya, aku punya dua sisi, salah satu sisiku terikat dan terbelenggu, sementara sisi lain yang bebas tidak tahu arah, tidak tahu tujuan, tak menetu tanpa arah, kebingungan, menabrak, menerjang, melakukan apa saja, tanpa keyakinan.
Sedangkan sang penunjuk arah masih terbelenggu kuat-kuat di raga ini.

Mengapa aku terpenjara, disini, di raga ini, keluhku, okelah ...kalaupun harus dalam penjara aku harus memilih, ya harus memilih penjara yang bagus, yang sesuai dengan keinginanku. Ini tidak adil, ini tidak fair, mengapa aku diletakkan disini begitu saja, aku tidak tahu apa-apa, mendadak saja sudah ada disini. Entah berapa banyak pertanyaan, keluhan..., rintihan kukatakan, tak merubah apa-apa, lalu berubah menjadi caci maki dan kemarahan, tetap tak merubah apapun aku tetap ada disini, lalu berdamai dan mengambil peranan, dalam penyesuaian menjadi doa, permohonan dan harapan. Memohon agar menjadi lebih baik namun tetap saja tak merubah apa-apa, aku tetap disini. Akupun ingin bebas, ingin terbang menjelajah alam semesta, sebagaimana salah satu sisiku yang lain, aku tahu arah tujuan kemana yang harus kutuju.

Kupandang lelaki paruh baya itu, nampak matanya meredup dalam kegelapan malam, dalam tekun perenungan, dalam dzikir, dalam puja-puji kepada Sang Pemilik Hidup, dalam kepasrahan, maka seolah rantai yang membelenggukupun terlepas, satu demi satu. Ketika satu pemahaman telah dicapainya, maka satu rantai yang membelenggupun terlepas, sehingga aku mampu menjelajah tubuh ini secara lebih leluasa. Pemahaman demi pemahaman dilakukan dan ternyata memutuskan rantai demi rantai yang mengikatku.

Berapa lama yang harus dilakukan untuk memutus ikatan ini? Aku tak tahu. Yang aku tahu lelaki itu tengah menyekap dirinya bagaiakan seekor ulat yang membungkus tubuhnya dalam serat-serat sutera yang dipintalnya menjadi kepompong. Menyepi dalam perenungan, dalam tafakur, dalam kontemplasi, memutuskan seluruh rantai yang mengikat tubuhku. Agar aku mampu bebas terbang kemana ku suka menjadi kupu-kupu yang merdeka.
........

(Maka tafakurpun dimulai, langit disibak, dalam dzikir, dalam pemahaman jiwa, ruh dan bashirah, dalam kesadaran.
Pintu gerbang telah diba, maka babak permulaanpun harus dimulai, pencerahan untuk mencapai kesempurnaan jiwa).

 Lembah di bawah bukit itu menghijau, ada sungai melebar yang membentuk sebuah danau, Sungai Angsa namanya, sesuai dengan Angsa hitam yang teramat elok yang hanya hidup di daerah ini. Di lihat dari atas bukit sungai itu seolah seperti pinggang seekor naga yang kekenyangan, meliuk-liuk atau seperti sebuah negeri khayal yang penuh kedamaian. Hari masih pagi, matahari mulai menampakkan sinarnya malu-malu, seolah muncul dari balik bukit sambil tersenyum simpul menyapa setiap makhluk yang sudah terbangun dan menikmati kehangatannya, untuk mengagumi kecantikannya, untuk menghargai kedatangannya, menyambut mesra kehangatan yang diberikannya.

Lelaki itu kembali ada di atas bukit itu, di tempat yang sama dan dalam posisi yang sama, tengah menengadah menatap langit, matanya menerawang jauh, apakah dia belum beranjak dari sana, apakah dia sudah pulang semalam dan kembali lagi?. Nampaknya dia begitu menikmati keindahan panorama pagi ini, menikmati kehangatan matahari pagi, nampak dari senyumnya yang terkembang, dari matanya yang berbinar-binar, dari rona wajahnya yang memerah segar, sesegar kehangatan pagi ini. Matanya mencumbu setiap titik yang ditatapnya, mencumbu pucuk daun, mengecup tanah dan rumput yang basah oleh embun pagi, mengelus mesra hamparan permadani pepohonan di kejauhan, berselimut awan pagi yang bersemburat sinar keemasan matahari pagi. Seolah seluruh jiwa dan semangatnya terpaku, terpusat dalam seluruh keindahan alam pagi ini. Entah manakah yang lebih cerah, alam yang penuh pesona ini, ataukah kecerahaman rona wajah lelaki itu yang terbuai oleh keindahan alam semesta ini. Wajahnya nampak berbinar-binar penuh kebahagiaan menyambut datangnya pagi, menyambut datangnya kehidupan, menyambut seluruh keindahan dalam kebahagiaan bersamanya. Kecerahan sinar matahari pagi, kecerahan wajahnya, secara keseluruhan ini seolah menjadi satu kesatuan yang utuh. Seorang lelaki setengah baya menikmati keindahan suasana di pagi hari.

Betapa inginku terbang, melambung tinggi, ke angkasa, menuju batas yang tak tampak dari sini, akan kuajak dia terbang melayang, menuju seluruh penjuru dunia, menjamah, memeluk, setiap bagian yang nampak, namun aku masih terperangkap di dalam tubuhnya, jepitan ini begitu menyiksaku, jepitan masa lalu. Aku hanya mampu memasuki ruang-ruang masa laluku, yang kesemuanya itu berisi catatan dan kisah-kisah duka, setiap catatan dan kisah duka itu seolah mata rantai yang mengikatku.

Ketika kesadarannya mulai menguat, dimasukinya seluruh kamar-kamar ingatan masa lalu, kamar yang berisi duka nestapa, penderitaan, kesulitan hidupan, emosi, kemarahan, kedengkian, kecemburuan, semua kamar yang selama ini tertutup namun rantainya mengikatku.

Dalam tafakur, dan perenungannya, telah dihancurkannya kenangan demi kenangan satu demi satu, maka satu demi satu rantai telah terlepas. Dari pengenalan setiap kamar dalam kenangan itu, semakin dikenalinya dirinya, mengenal dirinya sendiri, setiap tapak, setiap langkah. Ketika semakin dia mengenal diri sendiri, kesadarannya semakin menguat, dia mengenal ada suatu Dzat Yang Maha Sadar, tengah mengatur, tengah merencanakan, memaksanya, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka dalam sebuah garis takdir.

Sebuah kesimpulan telah didapatkan:

Dengan semakin mengenal diri sendiri maka akan semakin mengenal Allah.

Kesadarannya mulai mengenal, tubuhnya, mengenal akalnya, mengenal jiwanya, mengenal ruh dan mengenal bashiroh. Ruh yang terikat dan tertutup oleh nafsu, dan jiwa yang meliar oleh nafsu, ego yang ingin dituruti.

Ketika semua kenangan masa lalunya mulai disingkirkan, kamar-kamar dalam jiwanya yang berisikan kenangan-kenangan pahit telah diruntuhkan, dia telah memaafkan dirinya sendiri, dia telah memohon ampun kepada Tuhannya, sepertinya dia telah kembali suci: maka kembali didapatkan sebuah kesimpulan:

Seluruh perjalanan hidupnya di masa lalu, adalah sebuah pembelajaran yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Maka perlu mencari makna dari setiap kejadian, dari setiap takdir yang terjadi. Sebuah makna yang bersumber dari Sang Pemilik kehidupan bukan bersumber dari Persepsinya.

Jiwa, ruh, bashiroh sudah mulai terangkai dalam suatu kesadaran, yaitu untuk menghadapkan kesemuanya ini dalam suatu penyembahan yang sempurna kepada Sang Maha Sadar. Kesadaran yang bersumber dari Sang Maha Sadar adalah kunci untuk membuka seluruh mata rantai yang membelenggu ruhnya satu demi satu,
- Asumsi-asumsinya selama ini yang tidak benar mengenai orang suci dan orang yang sok suci
- Anggapannya tentang hakekat ibadah dengan ritual ibadah
- Pandangannya mengenai tujuan hidup, terutama masalah takdir
- masih banyak lagi hal-hal mendasar yang lainnya

Keseluruhan pemahaman ini, mulai terbentuk, bagaikan mengumpulkan puzle satu demi satu lalu menggabungkannya, agar membentuk suatu gambar, sehingga semakin terlihat, semakin nyata, semakin jelas, terpampang dalam kesadaran.

Semakin mengenal siapa dirinya, dalam kesadaran, dia mampu melihat wujud Allah. Kesadarannya mampu "melihat" Allah di dalam dirinya, dimana saja, di tunas pohon yang tumbuh, di putik bunga yang bermekaran, di serangga yang terbang di atasnya, di warna warni tanaman, di awan yang berarak, di sungai jauh dibawah bukit yang mengalir tenang, di langit biru, angin yang bertiup lembut. Tak ada sesuatupun di alam semesta ini yang terlewatkan dalam kekuasanNya, baik itu yang materi ataupun yang non materi. Baik itu yang nyata atau yang gaib, yang terlihat maupun yang tersembunyi. Dia yang Maha Halus.

Seperti sebuah magnet yang kuat, menyedot besi-besi, ketika kesadaran lelaki itu mulai mengarahkan kepada Allah, mengarahkan "aku" untuk menghadap Allah, mengarahkan tubuhnya, jiwanya, ruhnya. Maka sempurna tafakur ini menjadi sebuah jalan peretemuan antara seorang hamba dengan Sang Pencipta. Ketika kesadarannya mulai melepaskan "aku", maka mengalirlah "daya" yang berasal dariNya, sebuah daya hidup, sebuah kekuatan hidup, sebuah keyakinan, kebulatan tekad, keteguhan, kemantaban. Iman yang menjadi Niat, menjadi takwa, dalam baju akhlak. Sesungguhnya sholatku, hidupku, ibadahku, matiku, hanyalah kutujukan bagiMu sang Pemilik hidup ini.

Maka selanjutnya, langkah kakinya, mulai menuruni bukit itu dengan langkah tegap, dada kuat membusung, penuh semangat hidup, penuh energy, penuh kekuatan, penuh kepastian, penuh keyakinan, penuh kepercayaan yang kesemuanya itu berasal dari daya hidup Sang Maha hidup. Dia mampu melakukan apapun, dia mampu menjadi apapun, diapun mampu tidak melakukan apapun atau tidak menjadi apapun, selama semua itu ditujukan sebagai bukti cintanya, bukti rasa syukurnya, bukti pengabdianya, bukti penyembahan secara menyeluruh kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah.

Diulang berkali-kali kesimpulan yang didapatkan dari perenungannya kali ini:

- Dengan mengenal diri sendiri maka akan mengenal Allah
- Seluruh takdir yang terjadi pada dirinya adalah sebuah pelajaran yang diberikan olehNya
- hanya ketika dia mampu meniadakan aku, melepas semua rantai maka dia mampu menerima "daya hidup" dari Allah, yang menjadi sumber energy bagi langkah dan kehidupannya.

Dia melanjutkan langkahnya, menuruni bukit, itu sampai hilang di balik rimbunnya pepohonan di bawah bukit itu.

Catatan akhir dari perenungan:
Sebuah perenungan mengenal diri, ternyata adalah proses yang menyakitkan, karena harus membongkar luka lama, merasakan seluruh derita dan penyesalan, aib, penderitaan, duka, masa lampau yang dilakukan dalam proses sesaat. Ada jalan yang lebih mudah yaitu dengan mengenal Allah maka kita akan mengenal diri sendiri, karena Allah akan memberi pelajaran. Namun ternyata jalan yang saya tempuh adalah dengan mengenal diri sendiri untuk mengenal Allah, walaupun jalan ini beresiko, dan agak membahayakan, karena dampaknya terasa pada jiwa dan raga secara langsung dan sekaligus.

Tafakur ini masih berlanjut.

Di bukit itu, masih terlihat lelaki paruh baya disana, namun kali ini tengah duduk dalam diam yang dalam, dlam ketenangan, tak dihiraukannya suasana alam sekitar, cuaca, atau orang yang kadang berlalu lalang. Suara burung bahkan panasnya matahari yang terasa mulai sedikit menyengat tak mampu mengusiknya. Begitu tertarik dan terpesoana akan sesuatu, sehingga pandangannya tak pernah beranjak dari satu titik yang berada beberapa meter jauhnya dari tempat duduknya. Entah sudah berapa lama dia disana. apakah dia tak ada pekerjaan lain selain datang disini dan duduk diam saja, mungkin hanya dia sendiri yang tahu jawabannya.

Matanya tajam, menatap ke satu titik, titik kecil di ujung dahan, bergantung, tertiup angin, bergoyang, ke kanan, ke kiri, berayun-ayun seolah sangat lemah, namun tetap kokoh tak tergoyahkan. Kepompong, yang sepertinya dalam dunianya yang terasing, sendiri, dan hanya menggantungkan sluruh bobot tubuhnya di ujung seutas benang, digoyang angin, dihantam hujan. Dalam perjuangan.

Telah cukup lama dia menatap kepompong itu, entah sudah berapa lama, tak diketahuinya, hanya dirasakannya cuaca yang terasa sejuk di pagi hari, mulai berubah panas, dan menyengat dan kini bahkan berubah sejuk lagi. Ditatapnya terus kepompong yang sedang berusaha untuk keluar dari lubang kecil di ujungnya. Dia tahu nasib kepompong akan berubah, saat ini, apakah dia akan berhasil, ataukah gagal. Apakah akan mati ataukah berhasil menjadi seekor kupu-kupu.

Betapa ingin dia membantu membuka selubung kepompong itu. Menolongnya memberi jalan termudah agar keluar dengan segera, tapi dia tahu pasti bahwa itu justru akan membunuhnya. Dia tahu mengerti bahwa. perjuangan itu diperlukan oleh si ulat yang di dalam kepompong untuk membuang cairan di tubuhnya, sehingga mengecilkan tubuhnya dan juga untuk menumbuhkan dan menguatkan sayapnya agar mampu membawanya terbang nantinya.

Dalam diamnya, dalam kontemplasi, dia merasa. Bukankah kepompong itu seperti dirinya. Menyepi, sendiri, dalam perjuangan, mencari bentuk yang lebih baik. Semakin dilihatnya kepompong itu dalam perjuangan yang sangat berat, meronta dalam belitan serat-serat yang melibatnya, dengan perlahan, menerobos, lalu berhenti, terengah kelelahan, meronta lalu berusaha lagi untuk menerobos keluar untuk melepas belitan yang mengikatnya, dari sarang kepompongnya, dari belitan serat-serat yang mengikatnya erat sekali.

Dalam kesadarannya, kepompong itu adalah dirinya, meronta, berusaha melepas belitan yang begitu kuat mengikatnya, belitan masa lalu, kenangan, derita yang menyakitkan, aib yang memalukan, dosa-dosa yang dilakukannya, perbuatan yang tak layak dilakukan. Dalam dzikir, seolah dia mengejang, memberontak, melepaskan diri dari belitan kenangan itu, pedih pengalaman masa dulu, dan secara nyata tubuhnya merasakan, perih terasa, menyakitkan, sekuat tenaga, sepenuh kemampuan, dia tahu, tak akan ada seorangpun yang akan mampu membantu, perjuangan ini adalah perjuangan pribadi, kesakitan ini adalah kesakitan diri sendiri. Hanya diri sendiri yang mampu mengatasi.

Sampai di suatu titik puncak, kesadarannya menyerah, dia tak mampu lagi bergerak, dia tak mampu lagi berdaya, sekujur badannya sakit, seluruh tulang belulangnya terasa remuk. Badannya terkapar, demam, tenggorokannya terasa terjepit, membengkak. Dia tak mampu makan, minum, bahkan sulit berbicara. Terasa seluuh derita yang dialaminya masa lalu seolah bergabung menjadi satu dan harus dirasakan sekaligus, dia jatuh sakit.

Dia menyerah, dia pasrah, sepenuhnya, total atas kehendak Sang Penentu, kehendak Allah, apapun yang akan terjadi, akan diterima dengan senang hati, suka rela, pasrah, ikhlas, dalam diam, dalam termenung, memaafkan diri sendiri, memohon ampunan Allah.

Maka kedamaian mengalir di dada. Ketenangan menyelimuti seluruh tubuh.
Dalam keheningan, dalam tafakur, dalam doa, dalam dzikir, dalam rasa menyembah sepenuhnya, pasrah, rela, ridho, ikhlas, mendadak terasa daging di bawah lidahnya yang sebelum ini membengkak besar pecah, berdarah, kemudian keluarlah sebutir benda, sebuah butiran yang keras seperti sebutir kacang kedelai.

Diambil dan diamatinya butiran itu. Sebutir benda agak kehijauan yang keluar dari daging di bawah lidahnya sebesar butiran kedelai. Butiran yang sangat keras, sekeras besi, dan sesuatu keanehan terjadi, begitu benda itu keluar, maka semua rasa sakit, demam dan derita yang dialaminya mendadak hilang tanpa bekas, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Hanya darah yang masih mengalir di bawah lidahnya yang masih membuktikan bahwa kejadian itu adalah nyata, dia tadinya sakit agak parah.

Kupu-kupu itu telah keluar dari kepompongnya, melepaskan diri dari belitan dan ikatan benang di seluruh tubuhnya, siap untuk mengepakkan sayapnya terbang ke angkasa. Bentangan sayapnya lebar dan kuat mampu mengangkat tubuhnya dengan mudah. Tubuhnya ringan dan menyusut dengan hilangnya banyak cairan dan kotoran yang memberatkan tubuhnya. Terbanglah, hinggaplah di tempat-tempat yang baik. Meskipun sekali-sekali masih harus hinggap di tempat yang kumuh dan kotor, namun tak akan mengurangi keindahanmu.

Dalam termenung, dalam hening, diresapinya suatu pemahaman. Keberadaan insan yang menyemut mengitari perut bumi,. insan yang meminum segala bentuk zat,.cair, padat, wujud, tak berwujud,.hawa panas, dingin, hangat,.meleleh, kemudian membulat lagi begitu seterusnya,..sampai putaran bumi mengelilingi galaksi yang semakin tua dan pada masanya nanti akan selesai menjalankan tugas, adakah kepompong akan tahu, kapan ini akan usai dan dapat meretas dari ikatan rantai yang terbentuk atas kesadaran dirinya, dan atas kuasa penciptanya.

Dan berlari dengan cepat menghampiriNya, seolah ingin hatinya untuk mengimbangi kecepatan lari sang Pencipta pada dirinya, manakala dirinya membutuhkanNya, maka itulah yang dilihat: Allah selalu bergegas melakukan pertolongan, untuknya, hanya terkadang dirinya tidak menyadari itulah pertolongan untuk bisa lepas dari semua yang membelenggunya.

Menarik raga, mensucikannya dalam sebuah " kepompong " yang sangat kuat mengikat, membuai dengan kehangatan tapi terkadang membuat kesulitan bernafas, di dalam sana tidaklah semua dari kita bisa membentuk menjadi "sesuatu" , manakala hawa dingin dan panas menusuk, membanting tubuh kepompong yang sangat ringkih,.tipis, lemah karna selalu berpindah pindah letaknya terombang ambing oleh alam yang diciptakanNya untuk uji coba padanya, adakah kisaran waktu akan diberikan, adakah semua berujung pada cetakan yang sempurna ....terus berjalan...bergeser....melayang....namun ikatan tetap kuat menjaga, membentuk satu kesatuan, menyusun warna warni, memberi sentuhan pada tiap perubahan,..pembentukan bagian kepala...pusat yang akan menentukan terciptanya anggota-anggota raga lainnya dengan  sempurna,..

Hingga Pencipta meniup ruh,.......ruh yang bersenyawa,.....ruh yang naik kelas,.....ruh yang sesungguhnya, ..bukan uji coba lagi,..kisah ini akan terus berlanjut, hingga ruh selesai bertugas dan membagikannya kepada kita,.menceritakan ulang,,.akan sebuah kisah sewaktu mengemban amanah dalam kegemilangan, setelah perjalanan yang sangat melelahkan tapi juga membahagiakan..

Dia kini telah berhasil memutus mata rantai yang mengungkungnya setelah sekian lama, hanya seorang diri, dalam jeritan kebisuan, rantai yang terputus bukan tidak mungkin menimbulkan bekas luka, goresan dan titik darah, merembes menembus dinding yang sangat lembut .....bernama kalbu ..maka aka diserapnya dengan ketebalan iman yang senantiasa diberikan tiada hentinya,.secara berlimpah oleh Allah kepada kita, agar luka lekas mengering dan tidak menimbulkan bekas

Sang kalbu yang terbasuh oleh kehangatan embun di pagi hari, dalam hitungan detik bermandikan cahaya yang menyusup ke jiwa,.raga, mulai mengeluarkan senyum ketenangan, syahdu, menimbulkan dentingan suara bak  tetesan air yang mengalir membentuk irama bernotasi ....  beriringan dengan degup jantung yang semakin kuat, .. tanda kesiapan menerima pelajaran baru.

Dia kini selalu berterima kasih kepada sang  masa lalu yang kelabu yang mendekati warna hitam pekat yang karenanya memaksanya berusaha keras untuk dapat keluar dari  jeratan sang gelap menjadi tokoh lakon prima di  sang "masa kini", demikian kita belaja, dan mengambil hikmah dari semua pelajaran kehidupan di masa lalu.
Sesudah semua belenggu terurai dan lepas, maka tak ada lagi dia, tak ada lagi aku, semua menyatu, hilang, fana.
Seolah langit tersibak baginya, dunia menyambutnya, takdir demi takdir baru menghampirinya, sesuatu yang seolah secara logika sudah gagal, berhasil dicapainya. Suatu kejadian yang seharusnya akan membuatnya tersudut dan jatuh justru membuatnya bangkit dan kuat. Banyak kejadian demi kejadian yang seolah memberi tahu kepadanya. "Takdirnya telah ditulis ulang".

Suatu kesimpulan dari perenungannya dan menjadi suatu keyakinan kuat muncul dihatinya:

"Tuhan tidak akan mengubah nasibnya, kalau dia sendiri tidak mengubahnya".

Dia mulai membaca apa skenario Tuhan kepada dirinya. Maka diterima dan disambutnya takdirnya dengan tersenyum.
Selamat datang takdir, kusambut kedatanganmu dengan tangan terbuka.
Mulailah dikembangkan sayap akhlaknya untuk menerbangkan tubuhnya ke arah tempat-tempat yang lebih baik. Insya Allah.


Kisah perjalanan kupu-kupu dalam mengikuti cahaya menuju cahaya diatas cahaya akan dimulai. Seekor kupu-kupu muda yang belum berpengalaman namun bertekad bulat untuk terus terbang dan terbang sekuat sayapnya mengepak, agar mampu menggapai cahaya di atas cahaya.

* d!kutip dr : MaLinTaR : sanG jUaRa *

Senin, 24 Januari 2011

Is Life Real, or Just a Dream?

All of life’s a stage
It’s an old question in philosophy and religion:
Is our experience of life in this world real?

It sounds a little crazy to ask the question, doesn’t it? It makes you think of people who are mentally unbalanced, who can’t tell the difference between the world they live in and the hallucinations that run around in their heads.

What do people mean when they ask if our experience of life in this world is real?

There are many questions hiding behind the simple world “real”

    * Do our senses give us an accurate picture of the world outside of us, uncolored by our personal experience and expectations? Here we’re asking whether we get a clear picture of the “real” world, or whether we’re at least partially living in a world colored by our fears and desires.

    * Is this world and our experience of it a superficial or limited experience of a deeper, larger, more profound reality? What if our life on this earth is just a brief moment in a much greater existence. What if there are other dimensions of existence that we live in before and after we come to this world? If true, then our life on earth has a certain reality to it, but it pales when compared with our broader existence.

    * Is this world planned, structured, and orchestrated with some purpose in mind? This question is an add-on to the last one. What if our time in this world is somewhat scripted and purposeful. What if we’re here to learn some lesson, or accomplish some spiritual task before moving on to another existence? If so, this world is real to a point. Like a play or a simulation, it may have meaning, but there’s so much going on beyond the stage and beyond the simulator.

    * Is this world an illusion? Does this world, like a magician, use some kind of misdirection to get me to focus on the more trivial aspects of existence and ignore more fundamental, more important aspects of existence?

What’s the difference?
Ok. What’s the difference whether this world is real?
What’s the difference to me right now if there are other realities that I’m not aware of.
Even if I was some sort of lab rat being observed, who cares?
I’m here, I’m alive. I’ve got to play the game according to what I can see.

I could imagine a thousand alternate stories for what’s beyond this world.
But they might be pure fantasy. Seems better then, to just focus on what I can see, doesn’t it? Even if we’re like the people in The Matrix, serving as unwitting but happy slaves, wouldn’t we rather not know?

Brave new world
Maybe, or maybe not.
It depends.

It depends on whether we have the ability to see beyond the world that we’re currently living in.

It depends on whether we have the capability to use knowledge of other realities to change ourselves and this world to become something much greater.

If we can rise up, take off the blinders and live differently, then there is a point in knowing whether there’s more to the world than what we’ve been told.

Not yet
Let’s say this all sounds pretty far fetched to you, and way beyond your experience.
What then?

Well, I have one more uncomfortable version of “is life real” to throw at you.

Am I living the life that I’m capable of living with all my talents? Have I fully explored the possibilities within me?

Can any of us really say that we’re living life 100%, and living up to the possibilities hidden away within us?

Can you and I live lives dramatically more powerful than the lives we’re living now?

If we feel and know that we can find and live a greatness that we’ve only seen hints of, then our current lives must be looked at as shadows of the real life that we can live in this world.

The answer to the question, “Is life real?”, might just be:
“Not yet.”

Can One Person Make a Difference?

Do you know how a caterpillar becomes a butterfly? The process of changes from crawling creature to graceful wonder is an excellent metaphor to reflect upon. The answer is simple, and yet profound: caterpillars become butterflies through the effort of but a handful of determined cells.

Here's how it happens: when the time for metamorphosis arrives, caterpillars develop what are called "imaginal cells." Imaginal cells represent the more advanced version of the caterpillars body -- that of a butterfly's. I guess you can say that the imaginal cells are those with the dream; the cells that want something more for the caterpillar, something better. However, in the beginning, the caterpillars immune system would consider the imaginal cells as the enemy -- foreign bodies -- and will attempt to destroy them. Some of the imaginal cells will die,but others will survive. And those that survive will transform the old caterpillar cells one by one, until they develop a critical mass and become so strong, the caterpillar's body will have to give in! And he'll be glad he did!

Amazing, isn't it? So, can one person make a difference? The answer is a resounding "yes!"

Transforming the world seems like an impossible task at first. It's far easier to say there's nothing we can do, that age-old systems are way stronger, that the battle is lost even before it's begun. But what we need to do, when reflecting on the question "can one person make a difference?" is think like the caterpillar's imaginal cells. When we aim for progress, we'll lose some battles and we'll win others. But if we're persistent enough, we'll attract like-minded individuals, and become powerful enough to make an impact in the world.

Everything can start with one voice, right?

Would you like to start making a difference in the world today? You don't need to solve third world hunger or jumpstart world peace overnight. In effortless ways you can show the world how it's done. The following are 7 simple ways you can change the world from where you sit:

Appreciate one person a day. You'll be surprised how much a sincere compliment can transform another person's day! Your little boy might be nursing a rejection from his crush, but a kind word from you may encourage him to try again. Your favorite waitress may be ready to buckle from life's pressures, but a "thank you" may just make her hang on. Appreciation is cheap; you won't even have to take out your wallet to give one!

Never drink and drive. Do you know that around 60,000 people a year die from alcohol-related motor accidents? While it takes pride to admit that you're too drunk to take the wheel, your insight can save another person's life and another family's grief. Can one person make a difference by not driving when intoxicated? YES. By being conscientious with the simple choices that we make, we can cut down the tragedies that happen to people on a daily basis.

Bring a bag when you shop. We only have one earth, and it's time we take care of it! So instead of adding in to the tons of plastic garbage that will take millions of years to degrade, do your bit for the environment. Bring a recyclable bag whenever you get groceries. And if you can convince your neighbors to do the same, the Mother Nature will surely be grateful.

Donate your excess to a homeless shelter. Do you have extra clothing just gathering dust in your closet? Or perhaps you overstocked on goods and food products? It's a crime to hoard when so many people are doing without. Take time to give of what you can to charity. What may be clutter to you is a lifeline to others.

Deal with clients ethically.When the economy is headed south, it's tempting to engage in shaky business tactics. You may water down your products to cut cost, circumvent safety regulations that you need to follow,or use dishonest methods to sell that used car. Don't! It's when budgets are tight that we need more people who create value without selling out! What goes around comes around. Businessmen when asked "can one person make a difference?" know that an ounce of ethics can go a long, long way.

Share a story of resilience. The world needs more people who can teach about life -- something even the internet can't teach! If you know someone in bad need of quality advice -- say, a rebellious teen in your neighborhood or a co-worker in the throes of depression, take time to share what you know. Don't worry too much about saying the right thing -- if you're sincere in our desire to help, it will come across.

Tell an enemy that you forgive them. Lastly, if you want to make a difference in another person's life, do what you can to give them closure. We may be victims of an offense or abuse, but it doesn't mean we can't be generous and offer our victimizers the opportunity to move on. They may not appreciate it at first, but who knows: your forgiveness may be just what they're waiting for so that they can get on with their life.

In conclusion, can one person make a difference? Yes. Through one determined effort at a time!

Life Is A Choice

Everything in life is a choice--are you choosing the best or are you choosing to see more negative in every situation or experience?
There are many choices for every situation or issue. Some days it seems everything goes well, people help us, the details of events/projects fall into place, outcomes and rewards are visible. Albeit other days everything seems to be up hill or full of ebbs and under-currents.
The first step is to recognize that you have an inner 'center of control' that is vital to your being truly in your unique flow. This 'center of control' emanates from your core being--the you that you are. A highly effective core can be described as:

o Consistent
o Contemplative
o Decisive
o Determined
o Focused
o Introspective
o Organized
o Persistent

There is immense power in these characteristics to make choices.
When people fail to choose to be the center of their choices, they generally blame others for their lack of success, or they berate themselves over past deeds, perceived mistakes and ancient experiences, and that stops the flow of creativity and forward movement.
The second step is to 'forgive' yourself for any perceived lack, misdeeds, perceived mistakes and ancient history--none of which, you can change no matter how much you berate yourself.
"Many people are afraid to forgive because they feel they must remember the wrong or they will not learn from it. The opposite is true. Through forgiveness, the wrong is released from its emotional stranglehold on us so that we can learn from it. Through the power and intelligence of the heart, the release of forgiveness brings expanded intelligence to work with the situation more effectively." --David & Bruce McArthur
What does this statement convey? Although holding grudges may seem like human nature, it is a learned behaviour. Studies show that holding grudges or blaming ourselves works to the detriment not only of spiritual well-being, but for our physical health as well. Resentment, bitterness, hostility, anger and fear are emotions that have specific physiological consequences--increased blood pressure, hormonal changes, arthritis, TMJ, ulcers, cancer, lupus, fibromyalgia, chronic fatigue, cardiovascular disease, immune suppression and impaired neurological function and the list goes on. Metaphysics research reveals every physical illness has a mental/emotional cause and there is a metaphysical way to overcome them.
On the other side the coin, research reveals that forgiveness reduces the stress of the unforgiving state. Researcher Charlotte vanOyen Wityliet, posits that forgiveness needs to be incorporated into everyone's maturation process as a way of life, not merely a response to specific insults. Thus, forgiveness is part of a child's acculturation instead of a side bar in life. Learning to forgive, needs to be as important as learning to say, please and thank you. "It's a process, not a moment," says Dr. Edward M. Hallowell, a Harvard psychiatrist and author of "Dare to Forgive."

* dikutip dr : erzine articel *

Kumpulan Tips Motivator Mario Teguh

Berikut ini aDalah KumPulan Tips PaK MaRiO TeGuH untuk Membangun rasa Motivasi dalam diri kita


Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan
bila anda sedang takut, jangan terlalu takut.
Karena keseimbangan sikap adalah penentu
ketepatan perjalanan kesuksesan anda


Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita
adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba
itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil


Anda hanya dekat dengan mereka yang anda
sukai. Dan seringkali anda menghindari orang
yang tidak tidak anda sukai, padahal dari dialah
Anda akan mengenal sudut pandang yang baru

Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi
pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus
belajar, akan menjadi pemilik masa depan


Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi
pencapaian kecemerlangan hidup yang di
idamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa
kesenangan adalah cara gembira menuju
kegagalan


Jangan menolak perubahan hanya karena anda
takut kehilangan yang telah dimiliki, karena
dengannya anda merendahkan nilai yang bisa
anda capai melalui perubahan itu

Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila
anda berkeras untuk mempertahankan cara-cara
lama anda. Anda akan disebut baru, hanya bila
cara-cara anda baru

Ketepatan sikap adalah dasar semua ketepatan.
Tidak ada penghalang keberhasilan bila sikap
anda tepat, dan tidak ada yang bisa menolong
bila sikap anda salah


Orang lanjut usia yang berorientasi pada
kesempatan adalah orang muda yang tidak
pernah menua ; tetapi pemuda yang berorientasi
pada keamanan, telah menua sejak muda


Hanya orang takut yang bisa berani, karena
keberanian adalah melakukan sesuatu yang
ditakutinya. Maka, bila merasa takut, anda akan
punya kesempatan untuk bersikap berani


Kekuatan terbesar yang mampu mengalahkan
stress adalah kemampuan memilih pikiran yang
tepat. Anda akan menjadi lebih damai bila yang
anda pikirkan adalah jalan keluar masalah.


Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui
mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan
tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan
yang kemudian anda dapat


Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara
kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku
seperti orang yang terus memeras jerami untuk
mendapatkan santan


Bila anda belum menemkan pekerjaan yang sesuai
dengan bakat anda, bakatilah apapun pekerjaan
anda sekarang. Anda akan tampil secemerlang
yang berbakat


Kita lebih menghormati orang miskin yang berani
daripada orang kaya yang penakut. Karena
sebetulnya telah jelas perbedaan kualitas masa
depan yang akan mereka capai


Jika kita hanya mengerjakan yang sudah kita
ketahui, kapankah kita akan mendapat
pengetahuan yang baru ? Melakukan yang belum
kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan


Jangan hanya menghindari yang tidak mungkin.
Dengan mencoba sesuatu yang tidak
mungkin,anda akan bisa mencapai yang terbaik
dari yang mungkin anda capai.


Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup
adalah membiarkan pikiran yang cemerlang
menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang
mendahulukan istirahat sebelum lelah.


Bila anda mencari uang, anda akan dipaksa
mengupayakan pelayanan yang terbaik.
Tetapi jika anda mengutamakan pelayanan yang
baik, maka andalah yang akan dicari uang


Waktu ,mengubah semua hal, kecuali kita. Kita
mungkin menua dengan berjalanannya waktu,
tetapi belum tentu membijak. Kita-lah yang harus
mengubah diri kita sendiri


Semua waktu adalah waktu yang tepat untuk
melakukan sesuatu yang baik. Jangan menjadi
orang tua yang masih melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan saat muda.


Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat
berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita
kaya, tetapi menggunakannya dengan baik
adalah sumber dari semua kekayaan


Be True to Yourself

Never compromise your values and beliefs,
even it if means risking ridicule and rejection. Be true to yourself. Live your own life.
And don’t allow others to decide what is best for you.
If you do, you will be unhappy, because, you’re untrue to yourself.

Feel Every Moment of Life

Life is like a rainbow, Good from a distance as you enjoy;
But try to capture it, And you have nothing to capture. Don’t try to capture life, Feel every moment you live.

If You Wish

If you wish to be respected, then be ever respectful.
If you wish to be understood, then sincerely understand others.
If you wish to be appreciated, then be ever grateful.
If you wish to be loved, then give love in each moment.
If you wish to be wealthy, then act to create real value.
If you wish to learn, then take time to teach.
If you wish to climb higher, then life others up.
If you wish to be wise, then share what you know.
Whatever you wish, life will surely give it.
What you must do, though, is to truly live it.
There is so much to live for and so much to see.
You will have whatever you are willing to be.

All Life Is A Miracle

People usually consider walking on water or in thin air a miracle.
But I think the real miracle is not to walk either on water or in thin air, but to walk on earth. Everyday we are engaged in a miracle which we don’t even recognize;
a blue sky, white clouds, green leaves, the black curious eyes of a child; our own two eyes.
All Life Is A Miracle.

when you believe



Many nights we've prayed
With no proof anyone could hear
In our hearts a hopeful song
We barely understood

Now we are not afraid
Although we know there's much to fear
We were moving mountains long
Before we knew we could


There can be miracles, when you believe
Though hope is frail, it's hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe


In this time of fear
When prayers so often prove(s) in vain
Hope seems like the summer birds
Too swiftly flown away

Yet now I'm standing here
My heart's so full I can't explain
Seeking faith and speaking words
I never thought I'd say

There can be miracles, when you believe
Though hope is frail, it's hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe


They don't (always happen) when you ask
 And it's easy to give in to your fears
 But when you're blinded by your pain
Can't see your way straight throught the rain
(A small but )still resilient voice
Says (hope is very near)
(Ohhh)

There can be miracles
When you believe
Though hope is frail
It's hard to kill
 Who knows what miracles,you can achieve
When you believe, somehow you will(somehow,somehow, somehow)
somehow you will
You will when you believe

You will when you
You will when you believe
Just believe...in your heart
Just believe
You will when you believe~

Everything About u




Perhaps it’s not Necessary… But it’s too Important for me…

It’s not black… It’s not white…
Its not gray or anything in color…

Don’t ask me why… I couldn’t find the answer…
Don’t ask me why… I couldn’t find any other…

I could be where ever I wanted to be… but I got no places to go…
I could be with anyone in ecstasy… but you stole my heart too early…

I stop thinking and start feeling …
I open my heart and let every pain drowning free…

But still… I hear your voice…
But still… I see your face…

The more I run… the more it bond…
The more I ignore… the more I understand…

Its you… you… and you… that turns my world so deep in blue…

The more I close my eyes… the more I see…
The more I struggle… the more I feel…

Your voice whispers slowly…
Your voice whispers deeply…

I’m dying to say… how beautiful you are…
I’m dying to say… how much I love you….

For a while… you made me feel special…
For a while… you made me feel strong…

For a while… you saved me from my greatest misery…
and just for a while… you gave me the best time of my life…

You are happy…
You need nothing more…

You are happy…
You are perfect already…

BelajaR mENcInTa1




Kala aku belajar untuk mencintai,
jangan pernah palingkan muka walau kau enggan menunggu,
kala aku mulai berada dalam galau,
genggam tangganku dan pastikan kau akan bersamaku selalu

Andai waktu menerpa kasih yang aku susun
bantulah aku menatanya kembali
Andai sengat matahari membuatnya kering
sirami ia kembali dengan kasihmu

Jangan biarkan teringsut kala aku mencoba untuk membuka hatiku
jangan berlari kala aku butuh matahari
Jangan pergi kala aku memintamu
untuk mengajarkan aku mencintaimu

My heart is where my Home is but your not there





My heart is where my Home is but your not there
and you gave me so much, so why am I empty?
Seeds were planted in so many hearts,
but now mine just feels so broken.
It seems like tonight even Heaven cries,
I've seen lots of dark skies, but there's no star in sight
You don't know what you have until it's gone.

But now that I look back I see how lucky I was
And I see how fragile it all really was

I'm writing out my thoughts in crimson ink
So I will never lose all I've gained
I'm playing it all over again in my mind
As I drive home this rainy night
Your laughed seemed to echo throughout the walls
And your smile drift into every room
Memories seem to linger everywhere I look
While both sorrow and thankfulness surround me

If you love someone




If you love someone,
put their name in a circle,
instead of a heart,
because hearts can break,
but circles go on forever.

Everyone hears what you say.
Friends listen to what you say.
Best friends listen to what you don't say.

If all my friends were to jump off a bridge,
I wouldn't jump with them,
I'd be at the bottom to catch them.

Don't frown,
because you never know who's falling in love with your smile!

If you judge people,
you have no time to love them.

Be kind,
for everyone you meet is fighting a harder battle.

It may take only a minute to like someone,
only an hour to have a crush on someone
and only a day to love someone
but it will take a lifetime to forget someone.

Enthusiasm is contagious.
You might cause an
outbreak and affect many.

Yesterday is the history,
tomorrow is a mystery.
Today is a gift,
that is why it is called the present.

Dance like nobody's watching,
and love like it's never gonna hurt

Dear All,





I realize the beauty
I recoginize the depth
Unable to handle the chaos it brings me
Yet cant seem to hide from it any longer
I have known all along the impact
I lived for it and it lived through me
All the days that have followed and all the days to come
Shadowed by the little girl
Wishing it would go away
Its time to say hello again
All the frustration and the pain
Its time to face the truth to heal
Hold my hand to help me
As much as you can at least
I am weak and weary
I am scared and alone
I am all that I had hoped not to be
These games we play in life are shameful
Life is much too sweet
Life through a child so new and angelic
Eyes so crystal clear
They see
Pray for the inner peace
The one thing we all strive to be
Happy and loved
Careful yet carefree
Humble and gracious
Instead of what consumes me
Pray for me
Make it better
In life we rely so much on love
Independance and dependancy
Time doesnt heal all wounds
My roots have lead me here
Sorry that it has come to this
What has come of me
Sorry that I never faced the truth
Steal magnolias only live so long
In time I hope to be the the rose that represents love
One day that will be me

Dancing with Sorrow



Amidst a garden in a twist of fate
I dance with Sorrow in an evening late
We hold our hands and tend our steps in pace
Then glide like silk with songs of Tears in grace

And Sorrow knows just how to blend us fair
Her dance entwines with mine we float in air
While Tears had weaved us songs in hurtful bends
We drift with her and now we're three of friends

With Tears I sing and soothe the night away
And Sorrow lures my eyes to dance and stay
In trance with Sorrow's hand I dance along
And spend the night with Tear's lingering song

So soon we part and each should go his way
with trust in hearts to meet by fate someday

What makes a friend?



A friend
What makes a friend?
A friend
Is someone that everyone needs
A friend
Is that special one
A friend
Is someone you tell EVERYTHING
A friend
Is someone you never lie to
A friend
Can be a boy or a girl
A friend
Is someone that is always their
A friend
Will always listen to you
A friend
Always has input to give
A friend
Will never leave you in the dust
A friend
Will help you through the thick and the thin
A friend
Will always stand by your side
A friend
Will never let you down
A friend
Is someone everyone needs
What would you do if you didnt have a friend?

Tonight I Can Write




Tonight I can write the saddest lines.

Write, for example, 'The night is starry
and the stars are blue and shiver in the distance.'

The night wind revolves in the sky and sings.

Tonight I can write the saddest lines.
I loved her, and sometimes she loved me too.

Through nights like this one I held her in my arms.
I kissed her again and again under the endless sky.

She loved me, sometimes I loved her too.
How could one not have loved her great still eyes.

Tonight I can write the saddest lines.
To think that I do not have her. To feel that I have lost her.

To hear the immense night, still more immense without her.
And the verse falls to the soul like dew to the pasture.

What does it matter that my love could not keep her.
The night is starry and she is not with me.

This is all. In the distance someone is singing. In the distance.
My soul is not satisfied that it has lost her.

My sight tries to find her as though to bring her closer.
My heart looks for her, and she is not with me.

The same night whitening the same trees.
We, of that time, are no longer the same.

I no longer love her, that's certain, but how I loved her.
My voice tried to find the wind to touch her hearing.

Another's. She will be another's. As she was before my kisses.
Her voice, her bright body. Her infinite eyes.

I no longer love her, that's certain, but maybe I love her.
Love is so short, forgetting is so long.

Because through nights like this one I held her in my arms
my soul is not satisfied that it has lost her.

Though this be the last pain that she makes me suffer
and these the last verses that I write for her.

On Children



And a woman who held a babe against her bosom said,
Speak to us of children

And he said,
Your children are not your children
They are the sons and daughters of life’s longing for itself
They come trough you but not from you
And thought they are with you
Yet they belong not to you
You may give them your love
But not your thoughts
You may house their bodies
But not their souls
For their souls dwell in the house of tomorrow
Which you cannot visit
Not even in your dream
You may strive to be like them
But seek not to make them like you
For life goes not backward
Not tarries with yesterday

You are the bows from which your children
As living arrows are sent forth
The Archer sees the mark upon the path of the infinite
And He bends you with His might
That His arrow may go swift and far
Let your bending in the Archer’s hand be for gladness
For even as He Loves the arrow that flies
So He Loves also the bow that is stable

MaKna DarI KeTuLusAn HaT!


kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat
ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung dengannya
dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.
Ada hal2 yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.
Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”
Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.
Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.
Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ” tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku sendiri ”
mebuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.
Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.
kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari

Bahasa korea




BelaJaR BaHasA KoReA DaSaR YuK mY cINggu ^^